Oktober 2016 - zackamega.com

Jumat, 14 Oktober 2016

Gunung Prau - Golden Sunrise Terbaik di Pulau Jawa

Oktober 14, 2016 13
Gunung Prau - Golden Sunrise Terbaik di Pulau Jawa
Gue bergaya di puncak Prau 

“Zack bangun, keretanya sudah sampai?” gue dikejutkan Dewi sembari merapikan selimut yang ia pegang. Gue bangun tergopoh-gopoh sambil menggapai ransel yang gue letakkan di depo atas kepala. Kami duduk berlainan gerbong saat itu. Karena tiket Bandung – Jogja yang kami pesan mengharuskan kami berpisah karena hanya tinggal beberapa kursi lagi. Capek? Tentu saja capek, gue hanya tidur beberapa jam saja sebelum kereta sampai di stasiun Jogja. Berselang beberapa menit, Yogi sudah menunggu kami di tepian jalan untuk melanjutkan perjalanan ke Dieng Wonosobo Jawa Tengah.

Kali ini gue melakukan perjalanan ke Wonosobo guys. Katanya sih pemandangan sunrise di puncak Prau kece abis. Apa lagi pendakian gunung Prau memang cocok buat pemula kayak gue. jadi don't go anyware yah!!! tetap baca cerita gue#halah!!! 

Kami sempatkan sarapan saat itu. Menu yang ditawarkan Yogi pun cukup menggugah selera. Soto Mojali. Tampaknya sih  seperti biasa saja. Tapi pada saat gue mulai memakannya. Ada sesuatu yang beda dengan soto mojali ini. kerenyes-kerenyes mak nyos. Muenak bangeet guys. Segaaaar!!!

Soto Mojali
                                                                                                                                                                                                                           
Selesai sarapan, merapikan semua peralatan tenda dan P3K. Akhirnya kami bergerak menuju Wonosobo. Ada dua sepeda motor yang disiapkan Yogi untuk kendaraan kami ke Wonosobo waktu itu. Tentu saja Yogi menawarkan pilihan sepeda motor mana yang akan gue pilih. Karena gue dan Dewi sama-sama belum begitu femiliar dengan jalur perjalanan Jogja - Wonosobo dan sepeda motor berkopling. Dewi gue percayakan agar berboncengan saja bersama Yogi. Sementara gue lebih memilih menggunakan sepeda motor matic.

Singkat cerita, tiga jam sudah perjalanan kami dari Jogja menuju Wonosobo. Keadaan yang tidak gue duga adalah pada saat kami mulai memasuki gerbang Dieng terjadi. Kemacetan yang luar biasa memperlambat gerak kami untuk secepatnya menuju basecamp pendakian. Hal ini membuat kami harus berjam-jam untuk sampai ke dataran tinggi Dieng.  Belom lagi sepeda motor yang di bawa Yogi mogok di beberapa kilometer sebelum mencapai basecamp. Akhirnya kami memutuskan untuk berhenti sejenak sambil menunggu mesin sepeda motor yang dikendarai  Yogi didinginkan.

Dewi lagi menikmati keindahan Dieng

Dataran tinggi Dieng ini luar biasa indah guys, udaranya dingin banget. Sesekali gue abadikan untuk berfoto di sini sembari menikmati secangkir kopi panas yang kami pesan di salah satu warung. Tentu saja diiringi doa dalam hati berharap sepeda motor Yogi kembali bisa digunakan setelah mesinnya didinginkan. 

Kira-kira satu setengah jam kami menunggu keajaiban terjadi guys. Sepeda motor Yogi dapat digunakan kembali setelah dimatikan dan didinginkan. Tentu saja dengan syarat hanya Yogi saja yang boleh mengendarainya. Barang dan Dewi harus diungsikan. Kali ini giliran gue yang membonceng Dewi menuju basecamp. Meskipun sesekali gue harus berhenti dan mendorong sepeda motor Yogi karena jalan di Dieng berbukit dan berbelok terjal. Luar biasa banget perjuangan gue guys -____-

. . .
 
Azan Baru saja dikumandangkan, sementara kami baru saja sampai di basecamp Patak Banteng. Patak Banteng ini salah satu basecamp populer untuk mencapai puncak Prau. Sesekali gue menatap wajah Dewi seraya berkomentar “ Masih sanggup Dew? Duh mana nih yang olahraga rutin tiap minggu plus yoga tiap selasa sore ?”. Dewi tau banget kode ini, seperti kejadian biasanya. Dewi hanya tersenyum sambil mengurut-urut lehernya menggunakan minyak angin yang ia bawa.

Suasana basecamp Patak Banteng

Setelah istirahat kira-kira 2 jam, pendakian ke gunung Prau pun dimulai. Waktu menujukan pukul 8 malam saat itu. Gue sih masih cerita lama, badan capek tapi sok paling semangat banget. Selesai berdoa, gue mulai melangkah menaiki  anak tangga diawal pendakian. Oh my god, anak laut naik gunung. Bisik gue dalam hati.

Berselang beberapa meter saja gue melangkah menaiki anak tangga. Kejadian aneh terjadi, gue gak sanggup guys. Keringat gue berceceran seraya bergumam dalam hati ”Duh si Dewi kuat banget guys, kok gak ada yang berhenti ya. Duh” iyess!!! Berselang beberapa waktu gue bergumam dalam hati Dewi mengeluh kecapekan. “Ayo Dew, semangat” teriakan gue dari atas seraya menghela nafas panjang. Duh, drama banget gue!!

Gue berhenti sejenak. Sambil mengintai keadaan sekitar menggunakan senter. Suhu dingin tiba-tiba panas guys. Keringat gue bececeran ke mana-mana. Kaki gue berat banget untuk melangkah. Oh my god, gue lupa kalau gue sedang mendaki gunung Prau menggunakan Safery shoes kira-kira 2 Kilogram. Sepatu buat seseorang yang bekerja guna menghidari resiko kecelakaan kerja di perusahaan galangan besar. Duh, Tolol banget gue -____-

Malam itu yang gue rasakan panjang banget guys. Satu persatu pos pendakian akhirnya gue lewati. Sesekali kami berhenti untuk memastikan keadan anggota baik-baik saja. Buat mereka yang terbiasa mendaki gunung. Barangkali Gunung Prau ini memang tidak ada apa-apanya. Puncak gunung Prau berada di ketinggian 2565 mdpl di atas permukaan air laut. Tapi buat gue yang pemula. Pendakian ini benar-benar luar biasa.

Akhirnya pukul sebelas malam kami berhasil menginjakkan kaki ke puncak Prau. Angin kencang, kabut, udara dingin tentu saja mulai terasa menusuk tulang. Sesekali gue menggigil kedinginan sembari meniup-niup kedua belah kepalan tangan. Selesai mendirikan tenda Yogi mulai menyetuh air dan menghidupkan kompor guna menghangatkan badan. Bocoran dari si Yogi guys. Sunrise di Gunung Prau ini luar biasa indahnya. Gue dan Dewi seakan tidak mau ketinggalan, selesai menyedu kopi buatan Yogi akhirnya gue memutuskan buat tidur. Sementara Yogi masih sibuk mengaduk-aduk mie yang dimasaknya. 
 
Suasana di atas Puncak gunung Prau




  
     

   




Jumat, 07 Oktober 2016

"Cerita Gue di kepulauan Anambas (3) Habis - Pulau Penjalin dan Air Sebening Kristal

Oktober 07, 2016 12
"Cerita Gue di kepulauan Anambas (3) Habis - Pulau Penjalin dan Air Sebening Kristal
pulau penjalin
Gue lagi menikmati Keindahan Pulau Penjalin
Setelah semalaman di Pulau Durai. Akhirnya gue dan teman-teman melanjutkan perjalanan ke Pulau Penjalin (9/5/2016). Pulau Penjalin ini juga masuk dalam Kecamatan Palmatak Tarempa Kepulauan Anambas. Cuaca dalam keadaan cerah banget guys. Langit biru, awan-awan putih berterbangan menamba semangat gue buat melanjutkan perjalanan di Kepulauan anambas ini.

Selesai merapikan perlengkapan tenda yang kami pakai semalaman di Pulau Durai akhirnya kapal kayu yang kami tumpangi berjalan dengan perlahan menyeberangi lautan Anambas. Laut di sini indah banget Coy. Warna birunya itu beda banget. Sesekali kami dikejutkan dengan loncatan ikan-ikan di permukaan laut. Kawanan lumba-lumba juga tidak luput kami saksikan di laut ini. Hal ini membuat Gue gak sabaran buat melihat wujut asli dari Pulau Penjalin.

Jam tangan gue sudah menujukan pukul 11 siang. Pak kapten pembawa kapal masih saja belum memberikan tanda –tanda bawa kami akan segera sampai di Pulau Penjalin. Perut gue mulai lapar, Sedangkan stock makanan yag kami bawa akan segera habis. Hanya tinggal beberapa bungkus tanggo yang tersisa dan beberapa indomie mentah. Air mineral yang kami bawa juga tinggal beberapa botol lagi.  Sembari menikmati lambannya perjalanan, gue mulai meremas-remas  indomie mentah yang masih tersisa sambil menatap birunya langit Kepulauan Anambas. Meremas indomi mentah sambil menatap muka teman lo yang kelaparan itu nikmat banget coy. Apa lagi di tengah lautan, Gila!!! Panas banget coy -__-.

Setelah menempuh 4 jam perjalanan, akirnya gue dan teman-teman sampai di pesisir Pulau  Penjalin. Yang terlintas dalam fikiran gue pada saat pertama kali melihat Pulau Penjalin ini adalah” Oh my god, Pulau Penjalin ini benar-benar Kece banget”. Super pecah banget guys!!! Pasir putih yang lembut dengan kombinasi air lautnya yang jernih membuat gue merasakan sedang berada di sebuah kolam kristal raksasa. Karang di tepian lautnya juga luar biasa indah. Banyak banget ikan-ikan kecil berwarna-warni guys. Sumpah pecah banget.


Rasa lapar serta letih tiba-tiba hilang guys. Gue menikmati banget waktu yang tersisa di Pulau Penjalin ini. Saran gue masih sama buat teman-teman yang suatu saat akan liburan ke sini. Cari Kapal atau pancung yang cepat agar waktu yang di habiskan di tengah laut tidak terlalu lama, bawa makanan dan minuman secukup mungkin. Karena Pulau Penjalin ini adalah pulau kosong yang tidak berpenghuni. Jangan Merusak karang, dan yang terakhir adalah tetap jaga lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan.